Ketiban Kenikmatan


Kumpulan Cerita Sex Indonesia Terbaru dan Unik. - Kepindahan Mirna, sekitar 2 bulan lalu itu, tentu saja membawa dampak yg kurang baik bagi saya. Bagaimana Tidak, selama hampir 5 bulan hubungan kami, saya mendapatkan pengalaman sex yg amat sangat indah dan hebat. Sekarang ? Ya,... saya terpaksa ?bertugas? lagi dgn Jenny, istri saya.

Tapi, saya punya pengalaman unik lagi. Berawal dari hobby saya berenang, kira-kira 3 minggu yg lalu, saya memulai hubungan lagi dgn seorang ibu rumah tangga, kali ini beserta putrinya yg masih kelas 2 SMP. Ceritanya begini,...

Waktu itu saya berenang di kolam renang milik sebuah Country Club, dimana saya tercatat sebagai membernya. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5. Saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. 

Saya melihat ada seorang gadis mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun.  Karena gadis itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut panjang, swimsuit yg benar-benar sexy dan sekilas saya lihat bibir dan dadanya yg menantang sekali. 

Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba Rudal saya bangun, bagaimana tidak,... ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari belahan mekinya yg tercetak di baju renangnya itu. Eh,...ngak disangka-sangka, si anak kecil (yg ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang.

“Om, mau main bola sama Grisa gak ??”

“Eh,... mmh,... boleh,... kamu sama kakakmu ya ??” tanya saya gugup.

“Iya,... itu kakak !?” katanya sambil menunjuk kakaknya. Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Revi, dan juga, dia baru kelas 2 SMP. ?Mmh, Revi cuma berdua sama Grisa ?? tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.

“Nggak Om, kami sama mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas!?” kata Revi sambil menunjuk atas gedung Country Club. ?Ooo,... sama maminya, toh? kata saya,?Papi kamu ndak ikut Rev ??”

“Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa,... jam-jam 2-an gitu deh. Berangkatnya pagiii bener?” katanya lucu.

Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama maminya, “Mmh, mami kamu bawa mobil Rev” kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak ?” Sekalian Om kenalan sama mami kamu, boleh kan ??”

“Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Grisa katanya mau makan McD.?”

“O,.. ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan?” Nanti pulangnya Om anterin” Tapi yg menjawab si kecil Grisa, “Boleh,... Om boleh ikut,...."

Sekitar ½ jam kami mengobrol, mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya cantik banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan saya pada Mirna, mirip abis. Buah dada yg besar dan ranum, leher dan kulit yg putih,... pokoknya mirip. 

Singkat cerita, kami pun berkenalan. Revi dan Grisa berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan mami mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya. Nama mami mereka Imel, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya,... 20 tahun.

Cerita Mesum | Ngobrol punya ngobrol, ternyata Imel dan suaminya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah,... kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Imel tidak berkeberatan. 

Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya.

Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Grisa yg sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Imel dan Revi ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.

“Mel, suamimu sebenarnya kerja dimana??” tanya saya.

“Anu mas,... dia kontaraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu,?” jawab Imel ogah-ogahan.

“Iya Om, jangan nanya-nanya Papi.Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia,?” timpal Revi, yg memang kelihatan banget kalo dia deket sama maminya.Mendengar Revi bicara seperti itu, Imel agak kaget, ?Revi, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener mas, aku ngak suka kalo ditanya soal suamiku itu".

“Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi,...?” kata saya sambil tersenyum.

“Eh Iya,... Mas Anjar mau minum apa ??” tanya Imel sembari bangkit dari sofa, “Kopi mau ?”

“Eh,... iya deh boleh,... ?” jawab saya.

Tak lama kemudian Imel datang sambil membawa 2 cangkir kopi.?Ini kopinya,...? katanya sambil tersenyum. Revi yg sedang nonton TV, dgn mimik berharap tiba-tiba berkata,

“Om, malem ini nginep di sini mau ya? bolehkan mam??” Imel yg ditanya, menjawab dgn gugup,

“Eh,... mmh,... boleh-boleh aja,... tapi emangnya Om Anjar mau ??” Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, ?Yah,... mau sih,... ?

Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam ½ 12 malam ketika Imel berdiri dari sofa dan berkata,

“Mas Anjar,aku mau ganti baju tidur dulu ya ??”

“Eh, iya,... ?” jawab saya,

“kamu ndak tidur Rev, kan besok sekolah??”

“Mmh, belom ngantuk,... ?” jawabnya lucu.

Tak lama kemudian, Imel datang lagi ke ruang TV dgn mengenakan busana tidurnya yg tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan Bra tanpa tali. Revi yg sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget melihat maminya memakai baju se-sexy itu.

“Ya ampun,... mami,... bajunya itu lho, gak sopan banget.?”

“Gak papa Rev, mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi,?” kata Imel sambil tersenyum ke arah saya, ?Om Anjar aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih ??

Saya yg masih terkagum-kagum dgn kemulusan body Imel, tidak bisa bicara apa-apa lagi.

“Rev kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah,... mami masih mau ngobrol sama Om Anjar,... sana tidur!?” kata Imel.

Saya yg memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Imel, juga ikut-ikutan ngomong,

“Iya, Rev? besok telat masuk sekolahnya,... kamu tidur duluan sana.?”

Revi sepertinya kesal sekali di suruh tidur,

“Aaahh,... mami nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Anjar kok,...?” tapi dia masuk juga ke kamarnya.

Setelah ditinggal Revi, saya mulai melakukan agresi militer.

“Mel, kok kamu pake baju kaya gitu sih?” kamu tidak malu apa sama aku, kita kan baru kenal. Belum ada 1 hari,... kamu ndak takut apa kalo aku apa-apain?

“Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalaupun toh pake, suamiku sudah nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu,?” kata Imel dgn mimik muka sedih.

“Berarti suami mu itu tolol. Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yg bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis,... wah, kalo aku jadi suamimu, thak perem kamu ndak boleh keluar kamar,?” kata saya bercanda.

“Dan lagi kamu punya itu mengkel banget,...?”

Si Imel menatap saya dgn wajah lugu, “Itu apa mas ??”

“Mmh, boleh aku jujur tidak ??”

“Boleh,... ngomong aja ?”

“Anu,... payudaramu itu lho,... mengkel banget, dan lagi aku yakin kalo “anu”mu pasti seukuran satu sendok makan? kata saya sambil melakukan penetrasi dgn mengelus pahanya.

“Ooo,... ini,?” kata Imel sambil memegang buah dadanya sendiri, “Mas Anjar mau?” terus apaku yg seukuran...? Belum selesai Imel berbicara, langsung saja aku potong dgn memegang dan mengelus kemaluannya,

“Ini,.. mu,... buka dong bajumu !?” kata saya asal.

Imel yg sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yg menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yg tipis dan hangat, saya langsung membuka bra-nya. Imel dgn gerakan spontan yg halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti.

“Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya,...?” kata Imel tanpa memberi saya kesempatan bicara, Imel langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yg sudah terkenal itu. 

Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si k0ntol dgn beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati bibir vertikalnya. Imel kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dgn kasar klitorisnya.

Imel saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, memeknya yg sudah basah itu, saya hajar dgn gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas buah dadanya yg besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. 

Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dgn posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dgn menggunakan kedua jarinya. 

Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Imel bergetar hebat sekali,... dia orgasme, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. 

Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Imel, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan. Saya tanya :

“Mel, aku mau keluar,... dimana nih??” Di tengah cucuran keringat yg amat banyak, Imel mendesah sambil berpaling ke arah saya,

?Di dalam aja mas ! biar lengkap ? Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam liang mekinya. Banyak sekali, kental dan lengket.

Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati penis saya. Hisapan Imel tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala penis saya.
Sekitar 5 menit, Imel menikmati si k0ntol, sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun.

“Mas, aku ke kamar mandi dulu ya,?” katanya, “Aku mau nyuci ini dulu,?” sambil dia mengelus mekinya sendiri.

“Ya,... jangan lama-lama,... ?” kata saya.

Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya. Tiba-tiba si Revi keluar kamar,... dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali.

“Loh, Rev... kamu belum tidur ??” tanya saya setengah panik.

“Belum.?” Jawabnya singkat.

Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi penis saya dgn bantal sofa.

“Om, tadi ngapain sama mami ??” tanyanya lagi.

“Eh,... anu,... Om sama mami lagi... ?” belum selesai saya menjelaskan, Imel masuk ke ruang TV.

Dia kaget sekali melihat Revi ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi mekinya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yg ranum (tidak semua tertutupi sih...),Imel berkata,

“Rev kamu ngapain, kok belum tidur ??”

Revi berpaling menghadap Maminya, ?Aku nggak bisa tidur, Mami tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Anjar ??Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Imel duduk di samping saya, dan Revi saya suruh duduk di karpet, menghadap kami.

?Revi, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yg sering dilakukan sama Mami dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini,? kata saya sambil melirik Imel yg terlihat sudah agak santai.

“Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Mami minta tolong Om Anjar untuk melakukan hal itu.?”

Revi terlihat sedikit bingung, “Hal itu hal apa Om ??”

Di sini, Imel mencoba menjelaskan, “Rev, Mami jangan disalahin ya,...Revi sayg Mami kan ??”

Revi tersenyum, “Iya lah, mi. Revi saayyaaaang banget sama Mami. Tapi Revi mau tahu, Mami sama Om Anjar ngapain ??”

Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Revi yg cukup besar, ?Om Anjar sama Mami lagi making love. Kamu tahu artinya kan ??

“Mmh,... iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om,... Revi mau lihat,?” jawab Revi.

Wah,... kaget sekali mendengar Revi bicara begitu. Lalu saya melirik Imel, dan Imel mengangguk mengerti.

“Revi beneran mau lihat Mami sama Om Anjar making love??” tanya Imel.

Revi menjawab dgn polos, ?Iya mau. Dan kalau Om Anjar mau ngajarin, Revi juga mau diajarin,... biar bisa?.

Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, ?Mmhh, tanya Mami ya ?! soalnya Om tidak bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin,... Om sih mau aja ngajarin.?

Revi merajuk, merayu Maminya, “Mi, boleh ya ??”

Imel ragu-ragu menjawab, “Kamu lihat aja dulu deh ya ?!?”

Sambil tersenyum Revi menjawab, “Iya deh,...,?” senang sekali ia.

Setelah itu, Revi saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dgn serius, ketika saya memamerkan batangan besar saya. Dan Revi hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus meki yg tanpa bulu itu. 

Tak lama kemudian, Imel saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Imel disibukkan dgn pekerjaannya itu, saya menyuruh Revi untuk duduk mendekat disamping saya.

“Lihat Rev, Mami seneng banget kan ??” kata saya.

Sementara Imel melirik kami sambil terus menjilati penis saya.

“Revi sudah pernah ciuman belom ??” tanya saya.

“Belum Om.”

“Mau Om ajarin ndak ??” tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya.

“Mau !?” jawabnya singkat.

“Ya sudah,... Revi ikutin Om aja ya,... apa yg Om Anjar lakukan, diikutin ya?”

Belum sempat Revi menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Revi. Ketika saya menarik lidah saya dgn lembut di dalam mulutnya, Revi terasa berusaha mengikuti, walaupun dgn gerakan yg tidak beraturan.

Imel terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yg putih bersih dan mulus itu. Buah dada Revi memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup ranum. Puting susunya masih berwarna merah muda dan ketika saya memilin-milinnya, si Revi bergelinjang kegelian.

Tak lama kemudian, Imel berlutut di depan saya dan membantu Revi melepas celana dalamnya yg berwarna hijau muda. Revi menurut aja ya sama Om Anjar ? kata Imel. Sementara saya meremas-remas toketnya, Imel menyuruh Revi untuk menggenggam batang penis saya.

“Rev, sekarang kamu jongkok disini ya” kata Imel, “Kamu hisap penisnya Om Anjar, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas,” Imel tersenyum sayg kepada Revi, “Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan??”

Revi menjawab singkat, “Bisa, mam”

Saya mengarahkan si k0ntol ke mulut Revi, sambil mengelus rambutnya yg hitam legam. ?Pelan-pelan Rev, jangan ditelan semuanya ya !? Revi tersenyum.Imel memperhatikan cara Revi menghisap, kadang dia memberikan instruksi.

Tak lama setelah itu, saya menyuruh Revi berdiri. Saya tersenyum memandang mekinya yg masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yg berwarna putih kemerahan itu. Terus terang saya tidak tega untuk menembusnya. Ya sudah, saya ciumi dan jilati saja memek muda itu. Revi benar-benar kegelian.

Akhirnya, Imel menyuruh Revi istirahat. Pekerjaannya dilanjutkan oleh Imel. Tanpa berbasa-basi, Imel langsung menduduki penis saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Imel terus mengerjai penis saya, saya meremas-remas toketnya. Setelah itu, kami pindah tempat. 

Saya berbaring di karpet, dgn Imel masih menduduki si k0ntol, kali ini dia membelakangi saya. Revi yg hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya.

Saya menyuruh dia untuk jongkok, dgn posisi memeknya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya tembus liang sempit itu dgn lidah, terkadang, saya sapu dgn jari, sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke memeknya dan direspon dgn gerakan yg sangat liar. Revi mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakkan.

Saya mulai serius menanggapi Imel. Revi saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Imel, sekarang dia yg dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dgn tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Imel bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dgn tusukan-tusukan saya. 

Akhirnya Imel tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia orgasme, berbarengan dgn saya yg kembali memuntahkan sperma ke dalam liang kemaluannya. Setelah melepas si k0ntol, Revi saya suruh menjilatinya.

“Mmmhhh,..... Om... kok asin sih rasanya” protes Revi.

Imel sambil terengah-engah menjawab, ?Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan ?

“Mami bagi dong ?” Saya senyum-senyum saja melihat anak beranak itu berebut menjilati penis saya.

Pada saat itu, saya teringat Vina (anak Mirna) yg selalu senang dan tertawa ketika melihat ibu dan tantenya berebutan penis dan menjilati sisa sperma di ujungnya. Begitu juga Imel dan anaknya, Revi, yg seperti mengagungkan batangan saya. 

Saya memegang kepala ibu dan anak itu, dan dgn maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yg memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.

Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dgn Revi, yg benar-benar telah merelakan keperawanannya saya ambil. Tapi kalau dgn Imel,... wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Grisa, anak bungsu Imel, selalu diajak.

Pernah suatu saat, ketika saya dan Imel sedang perang alat kelamin di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Grisa tiba-tiba masuk dan menonton dgn bingung adegan saya dan Maminya yg sedang nungging di bathtub. Dia bertanya kepada Maminya (walaupun tidak dijawab, karena sedang sibuk,

“Mami diapain Om Anjar, kok teriak-teriak??” katanya.

Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yg saya senggamai di ruang TV, di samping Maminya yg telanjang bulat, dgn sperma di buah dadanya yg besar itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Revi untuk menjilatinya). 

Kami masih sering melakukan itu sampai sekarang. Untuk yg satu ini, saya tidak mau berbagi rezeki dgn teman kantor saya, tidak seperti sewaktu dgn Mirna dan Rere.

Subscribe to receive free email updates: