Memek Bu Guru


Kumpulan Cerita Sex Indonesia Terbaru dan Unik. - Namaku Rangga. Aku tinggal di Bogor, sebelah selatan Jakarta. Tinggiku sekitar 167 cm, bentuk wajahku tidak mengecewakan, imut-imut kalau teman-teman perempuanku bilang.

Langsung saja aku mulai dengan pengalaman pertamaku ‘make love’ (ML) atau bercinta dengan seorang wanita. Kejadiannya waktu aku masih kelas dua SMA (sekarang SMU).

Saat itu sedang musim ujian, sehingga kami di awasi oleh guru-guru dari kelas yg lain. Kebetulan yg mendapat bagian mengawasi kelas tempatku ujian adalah seorang guru yg bernama Ibu Milla, usianya masih cukup muda, sekitar 27th.

Tinggi badannya sekitar 160cm. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, bentuk wajahnya oval dengan rambut lurus yg di potong pendek sebatas leher, sehingga memperlihatkan lehernya yg jenjang.

Yang membuatku sangat tertarik adalah tonjolan dua bukit payudaranya yg cukup besar, bokongnya yg sexy dan bergoyg pada saat dia berjalan. Aku sering mencuri pandang padanya dengan tatapan mata yg tajam, ke arah meja yg didudukinya.

Kadang, entah sengaja atau tidak, dia balas menatapku sambil tersenyum kecil. Hal itu membuatku berdebar-debar tidak menentu. Bahkan pada kesempatan lain, sambil menatapku dan memasang senyumnya, dia dengan sengaja menyilangkan kakinya, sehingga menampakkan paha dan betisnya yg mulus.

Di waktu yg lain dia bahkan sengaja menarik roknya yg sudah pendek (di atas lutut, dengan belahan disamping), sambil memandangi wajahku, sehingga aku bisa melihat lebih dalam, ke arah selangkangannya.

Terlihat gundukan kecil di tengah, dia memakai celana dalam berbahan katun berwarna putih. Aku agak terkejut dan sedikit melotot dengan ‘show’ yg sedang dilakukannya.

Aku memandang sekelilingku, memastikan apa ada teman-temanku yg lain yg juga melihat pada pertunjukan kecil tersebut.

Ternyata mereka semua sedang sibuk mengerjakan soal-soal ujian dengan serius. Aku kembali memandang ke arah Ibu Milla, dia masih memandangku sambil tersenyum nakal.

Aku membalas senyumannya sambil mengacungkan jempolku, kemudian aku teruskan mengerjakan soal-soal ujian di mejaku.

Tentu saja dengan sekali-kali melihat ke arah meja Ibu Milla yg masih setia menyilangkan kakinya dan menurunkannya kembali, sedemikian rupa, sehingga memperlihatkan dengan jelas selangkangannya yg indah.

Sekitar 30 menit sebelum waktu ujian berakhir, aku bangkit dan berjalan ke depan untuk menyerahkan kertas-kertas ujianku kepada Ibu Milla.

“Sudah selasai?” katanya sambil tersenyum.

“Sudah, bu….” jawabku sambil membalas senyumnya.

“Kamu suka dengan yg kamu lihat tadi?” dia bertanya mengagetkanku. Aku menganggukkan kepalaku, kami melakukan semua pembicaraan dengan berbisik-bisik.

“Apa saya boleh melihatnya lagi nanti?” kataku memberanikan diri, masih dengan berbisik.

“Kita ketemu nanti di depan sekolah, setelah ujian hari ini selesai, ok?” katanya sambil tersenyum simpul. Senyum yg menggetarkan hatiku dan membuat tubuhku jadi panas dingin.

Siang itu di depan gerbang sekolah, sambil menenteng tasnya, bu Milla mendekati tempatku berdiri dan berkata,

“Ngga, kamu ikuti saya dari belakang” Aku mengikutinya, sambil menikmati goygan pinggul dan pantatnya yg aduhai. Ketika kami sudah jauh dari lingkungan sekolah dan sudah tidak terlihat lagi anak-anak sekolah di sekitar kami, dia berhenti, menungguku sampai di sampingnya. Kami berjalan beriringan.

“Kamu benar-benar ingin melihat lagi?” tanyanya memecah kesunyian.

“Lihat apa bu?” jawabku berpura-pura lupa, pada permintaanku sendiri sewaktu di kelas tadi pagi.

“Ah, kamu, suka pura-pura…” Katanya sambil mencubit pinggangku pelan. Aku tidak berusaha menghindari cubitannya, malah aku pegang telapak tangannya yg halus dan meremasnya dengan gemas. bu Milla balas meremas tanganku, sambil memandangiku lekat-lekat.

Akhirnya kami sampai pada satu rumah kecil, agak jauh dari rumah-rumah lain. Sepertinya rumah kontrakan, karena tidak terlihat tambahan ornamen bangunan pada rumah tersebut. Bu Milla membuka tasnya, mengeluarkan kunci dan membuka pintu.

“Ngga, masuklah. Lepas sepatumu di dalam, tutup dan kunci kembali pintunya!” Perintahnya cepat.

Aku turuti permintaannya tanpa banyak bertanya. Begitu sampai di dalam rumah, bu Milla menaruh tasnya di sebuah meja, masuk ke kamar tanpa menutup pintunya.

Aku hanya melihat, ketika dengan santainya dia melepaskan kancing bajunya, sehingga memperlihatkan BH-nya yg juga terbuat dari bahan katun berwarna putih, buah dadanya yg putih dan agak besar seperti tidak tertampung dan mencuat keluar dari BH tersebut, membuatnya semakin sexy, kemudian dia memanggilku.

“Ngga, tolong dong, lepasin pengaitnya…” katanya sambil membelakangiku.

Aku buka pengait tali BH-nya, dengan wajah panas dan hati berdebar-debar. Setelah BH-nya terlepas, dia membuka lemari, mengambil sebuah kaos T-shirt berwarna putih, kemudian memakainya, masih dengan posisi membelakangiku. T-shirt tersebut terlihat sangat ketat membungkus tubuhnya yg wangi.

Kemudian dia kembali meminta tolong padaku, kali ini dia minta dibukakan risleting roknya! Aku kembali dibuatnya berdebar-debar dan yg paling parah, aku mulai merasa selangkanganku basah. K0ntolku berontak di dalam celana dalam yg rangkap dengan celana panjang SMA ku.

Ketika dia membelakangiku, dengan cepat aku memperbaiki posisi k0ntolku dari luar celana agar tidak terjepit. Kemudian aku buka risleting rok ketatnya.

Dengan perlahan dia menurunkan roknya, sehingga posisinya menungging di depanku. Aku memandangi pantatnya yg sexy dan sekarang tidak terbungkus rok, hanya mengenakan celana dalam putihnya, tanganku meraba pantat bu Milla dan sedikit meremasnya, gemas.

“Udah nggak sabar ya, Ngga?” Kata bu Milla.

“Maaf, bu, habis bokong ibu sexy banget, jadi gemes saya….”

“Kalo di sini jangan panggil saya ‘bu’ lagi, panggil ‘teteh’ aja ya?”

“Iya bu, eh, teh Milla”

Konsentrasiku buyar melihat pemandangan di hadapanku saat ini, bu Milla dengan kaos T-shirt yg ketat, tanpa BH, sehingga puting susunya mencuat dari balik kaos putihnya, pusarnya yg sexy tidak tertutup, karena ukuran kaos T-shirt-nya yg pendek, celana dalam yg tadi pagi aku lihat dari jauh.

Sekarang aku bisa lihat dengan jelas, gundukan di selangkangannya membuatku menelan ludah, pahanya yg putih mulus dan ramping membuat semuanya serasa dalam mimpi.

“Gimana Ngga, suka nggak kamu?” Katanya sambil berkcak pinggang dan meliuk-liukkan pinggulnya.

“Kok kamu jadi bengong, Ngga?” Lanjutnya sambil menghampiriku.

Aku terdiam terpaku memandanginya ketika dia memeluk leherku dan mencium bibirku, pada awalnya aku kaget dan tidak bereaksi, tapi tidak lama.

Kemudian aku balas ciuman-ciumannya, dia melumat bibirku dengan rakusnya, aku balas lumatannya.

“Mmmmmmmmmhhhhhhhhhhh….” Gumamnya ditengah ciuman-ciuman kami.

Tidak lama kemudian tangan kanannya mengambil tangan kiriku dan menuntun tanganku ke arah payudaranya, aku dengan cepat menanggapi apa maunya, kuremas-remas dengan lembut payudaranya dan kupilin-pilin putingnya yg mulai mengeras.

“Mmmmhhhh….mmmmmhhhhh” Kali ini dia merintih nikmat.

Aku usap-usap punggungnya, turun ke pinggangngya yg tidak tertutup oleh kaos T-shirtnya, aku lanjutkan mengusap dan meremas-remas pantatnya yg padat dan sexy, lalu kulanjutkan dengan menyelipkan jari tengahku ke belahan pantatnya, kugesek-gesek kearah dalam sehingga aku bisa menyentuh bibir mEmeknya dari luar celana dalam yg dipakainya.

Ternyata celana dalamnya sudah sangat basah. Sementara ciuman kami, berubah menjadi saling kulum lidah masing-masing bergantian, kadang-kadang tangannya menjambaki rambutku dengan gemas, tangannya yg lain melepas kancing baju sekolahku satu per satu.

Aku melepas pagutanku pada bibirnya dan membantunya melepas bajuku, kemudian kaos dalam ku, ikat pinggangku, aku perosotkan celana panjang abu-abuku dan celana dalam putihku sekaligus.

Bu Milla pun melakukan hal yg sama, dengan sedikit terburu-buru melepas kaos T-shirtnya yg baru dia pakai beberapa saat yg lalu, dia perosotkan celana dalam putihnya, sehingga sekarang dia sudah telanjang bulat.

Tubuhnya yg putih mulus dan sexy sangat menggiurkan. Hampir bersamaan kami selesai menelanjangi tubuh kami masing-masing, ketika aku menegakkan tubuh kembali, kami berdua sama-sama terpaku sejenak. Aku terpaku melihat tubuh polosnya tanpa sehelai benangpun.

Aku sudah sering melihat tubuh telanjang, tetapi secara langsung dan berhadap-hapan baru kali itu aku mengalaminya. Payudaranya yg sudah mengeras tampak kencang, ukurannya melebihi telapak tanganku, sejak tadi aku berusaha meremas seluruh bulatan itu, tapi tidak pernah berhasil, karena ukurannya yg cukup besar.

Cerita Ngentot | Perutnya rata tidak tampak ada bagian yg berlemak sedikitpun. Pinggangnya ramping dan membulat sangat sexy. Selangkangannya di tumbuhi bulu-bulu yg sengaja tidak dicukur, hanya tumbuh sedikit di atas kemaluannya yg mengkilap karena basah.

Tubuh telanjang yg pernah aku lihat paling-paling dari gambar-gambar porno, blue film atau paling nyata tubuh ABG tetanggaku yg aku intip kamarnya, sehingga tidak begitu jelas dan kulakukan cepat-cepat karena takut ketahuan. Kebiasaan mengintipku tidak berlangsung lama karena pada dasarnya aku tidak suka mengintip.

Sementara bu Milla memandang lekat k0ntolku yg sudah tegang dan mengeras, pangkalnya di tumbuhi bulu-bulu kasar, bahkan ada banyak bulu yg tumbuh di batang k0ntolku. Ukurannya cukup besar dan panjangnya belasan centi.

“Ngga, punyamu lumayan juga, besar dan panjang, ada bulunya lagi di batangnya” katanya sambil menghampiriku.

Jarak kami tidak begitu jauh sehingga dengan cepat dia sudah meraih k0ntolku, sambil berlutut dia meremas-remas batang k0ntolku sambil mengocok-ngocoknya lembut dan berikutnya kepala k0ntolku sudah dikulumnya. Tubuhku mengejang mendapat emutan seperti itu.

“Oooohhhh…. enak Buu….” rintihku pelan.

Dia semakin bersemangat dengan kuluman dan kocokan-kocokannya pada k0ntolku, sementara aku semakin blingsatan akibat perbuatannya itu. Kadang dimasukkannya k0ntolku sampai ke dalam tenggorokannya.

Kepalanya dia maju mundurkan, sehingga k0ntolku keluar masuk dari mulutnya, sambil dihisap-hisap dengan rakus. Aku semakin tidak tahan dan akhirnya…, jebol juga pertahananku.

Spermaku menyemprot ke dalam mulutnya yg langsung dia sedot dan dia telan, sehingga tidak ada satu tetespun yg menetes ke lantai, memberiku sensasi yg luar biasa. Rasanya jauh lebih nikmat daripada waktu aku masturbasi.

“Aaaahhhh… ooooohhhhh….!” Teriakku tak tertahankan lagi.

“Gimana? enak Ngga?” Tanyanya setelah dia sedot tetesan terakhir dari k0ntolku.

“Enak banget, jauh lebih enak daripada ngocok sendiri” jawabku puas.

“Gantian dong teh, saya pengen ngerasain punya teteh” lanjutku sedikit memohon.

“Boleh…,” katanya sambil menuju tempat tidur, kemudian dia merebahkan dirinya di atas ranjang yg rendah, kakinya masih terjulur ke lantai.

Aku langsung berlutut di depannya, kuciumi selangkangannya dengan bibirku, tanganku meraih kedua payudaranya, kuremas-remas lembut dan kupilin-pilin pelan puting payudaranya yg sudah mengeras. Dia mulai mengeluarkan rintihan-rintihan perlahan.

Sementara mulutku menghisap, memilin, menjilat mEmeknya yg semakin lama semakin basah. Aku permainkan clitorisnya dengan lidahku dan ku emut-emut dengan bibirku.

“Aaaaaahhhhh… ooooohhhhhh, Ranggggaaaaaa…, aku sudah tidak tahan, aaaaauuuuuhhhhhh!” Rintihannya semakin lama semakin keras.

Aku sedikit kuatir kalau ada tetangganya yg mendengar rintihan-rintihan nikmat tersebut. Tetapi karena aku juga didera nafsu, sehingga akhirnya aku tidak terlalu memperdulikannya.

Hingga satu saat aku merasakan tubuhnya mengejang, kemudian aku merasakan semburan cairan hangat di mulutku, aku hisap sebisaku semuanya, aku telan dan aku nikmati dengan rakus, tetes demi tetes.

Kakinya yg tadinya menjuntai ke lantai, kini kedua pahanya mengapit kepalaku dengan ketat, kedua tangannya menekan kepalaku supaya lebih lekat lagi menempel di selangkangannya, membuatku sulit bernafas. Tanganku yg sebelumnya bergerilya di kedua payudaranya kini meremas-remas dan mengusap-usap pahanya yg ada di atas pundakku.

“Ngga, kamu hebat, bikin aku orgasme sampai kelojotan begini, belajar darimana?” Tanyanya.

Aku tidak menjawab, hanya tersenyum. Aku memang banyak membaca tentang hubungan sexual, dari majalah, buku dan internet. Sementara itu k0ntolku sudah sejak tadi menegang lagi karena terangsang dengan rintihan-rintihan nikmatnya bu Milla.

Akupun berdiri, memposisikan k0ntolku didepan mulut mEmeknya yg masih berkedut dan tampak basah serta licin itu.

“Aku masukin ya Bu?” Tanyaku, tanpa menunggu jawaban darinya, aku melumat bibirnya yg merekah menanti kedatangan bibirku.

“Oooohhhh…” rintihnya,

“Aaaahhhh…” kubalas dengan rintihan yg sama nikmatnya, ketika k0ntolku menembus masuk ke dalam mEmeknya, hilanglah keperjakaanku.

Kenikmatan tiada tara aku rasakan, ketika batang k0ntolku masuk seluruhnya, bergesekan dengan dinding mEmek yg lembut, hingga ke pangkalnya.

Bu Milla merintih semakin kencang ketika bulu k0ntolku yg tumbuh di batang k0ntolku menggesek bibir mEmek dan clitorisnya, matanya setengah terpejam mulutnya menganga, nafasnya mulai tersenggal-senggal.

“Ahh-ahh-ahh auuuu!” Kutarik lagi k0ntolku perlahan, sampai kepalanya hampir keluar. Kumasukkan lagi perlahan, sementara rintihannya selalu di tambah teriakan kecil, setiap kali pangkal batang k0ntolku menghantam bibir mEmek dan clitorisnya.

Gerakanku semakin lama semakin cepat, bibirku bergantian antara melumat bibirnya, atau menghisap puting payudaranya kiri dan kanan.

Teriakan-teriakannya semakin menggila, kepalanya dia tolehkan kekiri dan kekanan membuatku hanya bisa menghisap puting payudaranya saja, tidak bisa lagi melumat bibirnya yg sexy.

Sementara itu pinggulnya dia angkat setiap kali aku menghunjamkan k0ntolku ke dalam mEmeknya yg kini sudah sangat basah, sampai akhirnya,

“Buuudddhhyyyyyy…. aku mau keluar lagiiiiii… oooohhhhhh… aaahhhhh” teriakannya semakin kacau.

Aku memperhatikan dengan puas, saat dia mengejan seperti menahan sesuatu, mEmeknya kembali banjir seperti saat dia orgasme di mulutku.

Aku memang sengaja mengontrol diriku untuk tidak orgasme, hal ini aku pelajari dengan seksama, walaupun aku belum pernah melakukan ML sebelum itu. Bu Milla sendiri heran dengan kemampuan kontrol diriku.

Setelah dia melambung dengan orgasme-orgasmenya yg susul- menyusul, aku cabut k0ntolku yg masih perkasa dan keras.

Aku memberinya waktu beberapa saat untuk mengatur nafasnya. Kemudian aku memintanya menungging, dia dengan senang hati melakukannya.

Kembali kami tenggelam dalam permainan yg panas.

Sekali lagi aku membuatnya mendapatkan orgasme yg berkepanjangan seakan tiada habisnya, aku sendiri karena sudah cukup lelah, kupercepat gerakanku untuk mengejar ketinggalanku menuju puncak kenikmatan.

Akhirnya menyemburlah spermaku, yg sejak tadi aku tahan, saking lemasnya dia dengan pasrah tengkurap diatas perutnya, aku menjatuhkan diriku berbaring di sebelahnya.

Sejak kejadian hari itu, aku sudah tidak lagi melakukan masturbasi, kami ML setiap kali kami menginginkannya.

Ketika aku tanya mengapa dia memilihku, dia menjawab, karena aku mirip dengan pacar pertamanya, yg membuatnya kehilangan mahkotanya, sewaktu masih SMA.

Tapi bedanya, katanya lagi, aku lebih tahan lama saat bercinta (bukan GR lho). Saat kutanya, apa tidak takut hamil?, dengan santai dia menjawab, bahwa dia sudah rutin disuntik setiap 3 bulan.

Subscribe to receive free email updates: